KAJIAN POLKASTRAT : POLEMIK MINYAK GORENG, DIKALA HASIL SAWIT MELIMPAH

Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia, terutama bagi kalangan ibu-ibu rumah tangga. Penggunaan minyak goreng di Indonesia umumnya dipakai sebagai media panas untuk penggorengan berulang dengan jumlah minyak berlebih. Hampir seluruh masakan di Indonesia menggunakan minyak goreng dalam pembuatannya, tak hayal karena itulah minyak goreng  menjadi salah satu kebutuhan pokok di Indonesia. Namun sekarang yang kita ketahui bahwa sejak januari 2022 Indonesia mulai mengalami kelangkaan minyak goreng , kelangkaan minyak goreng ini membuat ibu-ibu di Indonesia menjerit  “Buat apa murah, tapi enggak ada barangnya”  begitulah ujaran yang disampaikan Ibu Azizah di pemulang, tanggerang selatan. Sedangkan dibengkulu tepatnya di Kabupaten Rejang Lebong, banyak ibu-ibu mengeluhkan tingginya harga minyak goreng di daerah itu hingga tembus Rp 40.000 per liter. "Tadi ada yang jual minyak goreng Rp 40.000 per liter, walau pun mahal tetap saja dibeli karena tidak ada yang menjualnya. Saat ini selain harganya mahal, minyak goreng ini juga langka," kata Yanti (30), warga Kecamatan Curup Tengah, dikutip dari Antara, Selasa (8/3/2022). 

Begitulah kira-kira kondisi yang terjadi saat ini di Indonesia tantang langkahnya minyak goreng bahkan dengan harga yang mencapai 3 kali lipat pun akan tetap dibeli oleh ibu-ibu di Indonesia karena itu memang kebutuhan pokok yang harus ada didapur mereka. Begitu aneh dan miris melihat Indonesia saat ini karena sebagai penghasil sawit tebesar di dunia tapi mengapa malah mengalami kelangkaan minyak goreng di negara-nya.

Kita tahu bahwa Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di dunia  yang dimana pada tahun 2022 Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, total produksi minyak sawit dalam negeri pada Januari 2022 sebesar 4,22 juta ton. Lalu pertanyaan pun muncul kemana hasil sawit yang melimpah itu, hingga sampai-sampai minyak goreng di Indonesia mengalami kelangkaan?

Menurut Sekretaris Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag I G Ketut Astawa mengatakan, bahwa  produsen minyak sawit mentah (CPO) telah memenuhi kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dengan memasok sebanyak 351 juta liter untuk kebutuhan minyak goreng dalam negeri. "Kalau kita lihat data yang ada komitmen dari produsen CPO itu sudah mencapai 351 juta liter selama 14 hari, kebutuhan kita selama per bulan sebenarnya berkisar antara 279 sampai 300 juta liter," kata Ketut, Selasa (1/3/2022). I G Ketut Astawa mengatakan dengan pasokan CPO yang dipenuhi oleh produsen CPO untuk kebutuhan dalam negeri seharusnya membuat pasar dalam negeri kebanjiran produk minyak goreng dalam jangka waktu sebulan, namun yang terjadi adalah sebaliknya, yakni kita krisis akan minyak goreng.

Lalu apa yang manjadikan minyak goreng di Indonesia menjadi langkah disaat hasil kelapa sawit di Indonesia melimpah hingga mencapai 4,22 juta ton pada Januari 2022 dan ditambah CPO juga telah memasok sebanyak 351 juta liter untuk kebutuhan minyak goreng dalam negeri. Salah satu yang menyebabkan kelangkaan minyak goreng menurut hasil pengamatan Weni Sintia adalah karena ada nya fenomena “Panic Buying” atau membeli sesuatu dalam jumlah besar yang dimana banyak warga yang sengaja membeli minyak goreng melebihi kebutuhan normalnya. Adanya fenomena panic buying  ini menjadi masalah baru dalam persoalan kelangkaan dan mahalnya minyak goreng. Masyarakat berbondong-bondong membeli minyak goreng karena khawatir sulit membelinya di kemudian hari. Menurut Lutfi, hal itu justru memperparah persoalan rantai pasokan kebutuhan minyak goreng. “Saya imbau masyarakat membeli secukupnya. Tidak perlu panic buying,” ujarnya pada Sabtu, 12 Maret 2022. 

Tidak hanya karena Panic Buying yang menjadikan minyak goreng itu manjadi langkah, segala sesuatu permasalahan yang terjadi di Indonesia bahkan suatu negara itu dikarena oknum atau sumber daya manusianya itu sendiri. Kelangkaan minyak ini tidak terlepas dari aksi nakal para mafia yang sengaja menjual minyak goreng ke luar negeri dengan dalih keuntungan yang jauh lebih besar.

Penyebab para produsen lebih memilih menjual minyak goreng keluar negeri adalah kenaikkan harga CPO (crude palm oil) yang merupakan salah satu jenis minyak nabati yang paling banyak diminati masyarakat dunia. Saat ini harga CPO di pasar dunia sedang mengalami kenaikan harga dari 1.100 dolar AS menjadi 1.340 dolar AS. Akibat kenaikan CPO, produsen minyak goreng lebih memilih menjual minyak goreng ke luar negeri dibandingkan ke dalam negeri. “Produsen akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar apabila menjual minyak goreng ke luar negeri,” ujarnya.

 Saat menghadiri rapat bersama Komisi VI DPR, Kamis 17 Maret 2022, Lutfi menyebut ada permainan mafia di balik langkanya minyak goreng. Para mafia itu, kata Lutfi, menyelundupkan pasokan minyak goreng ke industri-industri hingga ke luar negeri. Inilah salah satu penyebab kenapa minyak goreng menjadi langkah. Begitulah ujaran Lutfi di rapat Komisi VI DPR kemarin.

Penyebab selanjutnya kenapa minyak goreng menjadi langkah adalah kewajiban pemerintah terkait dengan program B30. Program B30 adalah program pemerintah untuk mewajibkan pencampuran 30 persen diesel dengan 70 persen bahan bakar minyak jenis solar. "Ada peralihan menuju ke produksi biodiesel," terangnya. Menurut penjelasan Rossanto, saat ini konsumsi yang seharusnya digunakan untuk minyak goreng digunakan untuk produksi biodiesel. Hal itu karena ada kewajiban untuk pengusaha CPO agar memenuhi market produksi biodiesel sebesar 30 persen., namun yang menjadi penyebab utama kenapa minyak goreng menjadi langkah tersebut adalah adanya oknum yang sengaja menimbun minyak goreng hingga berjuta-juta liter bahkan berton-ton minyak goreng.

Penimbunan minyak goreng adalah penyebab utama mengapa minyak goreng menjadi langkah saat ini. Banyak oknum-oknum nakal yang sengaja menjadikan momen langkahnya minyak goreng ini untuk menjadi keuntungan pribadi dengan cara menimbun minyak goreng dan nantinya akan dijual denga harga yang jauh lebih tinggi bahkan dengan harga dua sampai tiga kali lipat dari harga normalnya. Sudah banyak oknum-oknum nakal yang ditangkap oleh aparat negara karena masalah penimbunan ini salah satu contohnya adalah perusahaan konglomerat Salim Grub yang ada di Serdang Sumatera Utara yang menimbun minyak goreng hingga 1,1 juta liter minyak goreng. Lalu yang baru-baru ini ada penimbunan minyak goreng yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah yakni perusahaan CV AJ  yang menimbun minyak goreng hingga 53 ton minyak goren digudangnya. Dan masih banyak lagi oknum-oknum nakal yang sengaja menimbun minyak goreng demi keuntungan pribadinya sendiri.

Namun sekarang tepatnya pada tanggal 16 Maret 2022 yang bertepatan dengan dicabutnya HET (Harga Eceran Tertinggi) stok minyak goreng langsung melimpah dihampir semua daerah di Indonesia bahkan sekarang minyak goreng telah memenuhi rak-rak di minimarket, namun dengan melimpahnya minyak goreng ini tidak lepas dari harganya yang lebih mahal dari harga minyak goreng yang dulu ditetapkan pemerintah di HET. Fenomena melimpahnya minyak goreng hanya beberapa saat setelah aturan harga eceran tertinggi (HET) dicabut membuat Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi bingung.

"Saya juga bingung, barang ini dari mana? Tiba-tiba keluar semua," kata Lutfi saat diwawancarai oleh wartawan di sebuah ritel modern di Jakarta, Minggu (20/3/2022). Lalu Lutfi menyebutkan, meski saat ini harga minyak goreng lebih mahal, ada sisi positifnya yakni stok minyak goreng tidak lagi langkah  dan bisa didpatkan dengan mudah oleh masyrakat. "Jadi, mending mana murah tapi barangnya tidak ada, atau sedikit mahal tapi stok banyak," tanya Lutfi ke beberapa ibu-ibu yang tengah berbelanja.

Jadi yang dapat disimpulkan adalah hasil produksi kelapa sawit di Indonesia memanglah melimpah namun entah mengapa minyak goreng di Indonesia menjadi langkah, itu dikarenakan adanya pengaruh supply and demand ditambah dengn panic buying yang dilakukan masyarakat Indonesia dan diperparah dengan adanya kebijakan program B30 dan ditambah dengan adanya mafia-mafia atau oknum-oknum yang sengaja menimbung minyak goreng atau menjualnya ke luar negeri dengan dalih keuntungan yang jauh lebih besar atau bisa kita katakan mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan orang banyak, yaa memang prinsip orang berbisnis seperti itu dengan modal yang sedikit mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dan juga melimpahnya minyak goreng  sekarang ini tidak terlepas dari campur tangan pemerintah yang mengeluarkan kebijakan pencabutan HET terhadap harga minyak sehingga para oknum-oknum atau mafia-mafia tadi langsung mengeluarkan semua minyak gorengnya dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga normalnya. Untuk itu kita tidak tau ini salahnya siapa sehingga minyak goreng menjadi langkah entah itu salah masyarakat kita sendiri atau salah nya para oknum-oknum nakal atau mafia-mafia licik atau pun ini adalah siasatnya pemerintah untuk menaikkan harga pangan atau bahkan bisa saja oknum atau mafia itu telah bekerja sama dengan pemetintah.  Tidak ada yang tahu pasti siapa yang bermain dengan polemic langkahnya minyak goreng ini dikala hasil kalapa sawit yang melimpah, tapi ada yang patut kita syukuri sekarang yakni, minyak goreng tidak lagi langkah dan sudah berlimpah barangnya namun memang harganya yang cukup tinggi dari harga normalnya.

Referensi :

https://money.kompas.com/read/2022/02/04/212547026/diduga-jadi-penyebab-harga-minyak-goreng-naik-apa-itu-kartel?page=all

https://jatengprov.go.id/publik/stok-melimpah-kelangkaan-minyak-goreng-disinyalir-karena-masalah-distribusi/

https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/38011/t/Legislator+Pertanyakan+Rencana+Pengusutan+Kelangkaan+Minyak+Goreng

https://money.kompas.com/read/2022/03/21/170000626/saat-mendag-bingung-soal-minyak-goreng-lalu-tanya-ke-ibu-ibu-mending-mana?page=all

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KAJIAN POLKASTRAT: KORUPSI BANSOS (MENSOS MENTALITAS LELE MENGAIL DI AIR KERUH)

KAJIAN POLKASTRAT: KEBIJAKAN PEMBEBASAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PROVINSI BENGKULU TAHUN 2021: Siapa yang diuntungkan?